POSMETRO INFO - Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra Heri Gunawan mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi yang dicapai pemerintahan Jokowi sebesar 4,92% mengecewakan.
Seharusnya, lanjut dia, pemerintah mematok angka pertumbuhan di atas itu dengan catatan juga angka pertumbuhan harus realistis.
“Pemerintah dapat mematok angka pertumbuhan secara lebih realistis, jangan juga memasang tingkat pertumbuhan yang tinggi sampai 5.3%, sementara realisasi pertumbuhan pada triwulan 1 Tahun 2016 hanya 4.92% dan terjadi kontraksi pertumbuhan pada beberapa lapangan usaha,” kata eks Wakil Ketua Komisi VI DPR RI ini kepada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (09/06/2016).
Padahal kata dia, secara logika, ketika postur APBN-P berkurang, mestinya prestasi pertumbuhan juga akan ikut terpengaruh.
“Pelaku UMKM tidak terlalu peduli urusan begini. Buat mereka yang penting bisa makan, ekonomi sudah bergulir dengan selayaknya di angka kurang lebih sampai 5,0 persen. Jadi pemerintah suruh kerja dong. Masa 1 persen enggak bisa, Jadi pertumbuhan 5.1% dianggap cukup realistis,” jelasnya.
Menurutnya, pertumbuhan yang baik dan ideal seharusnya di-drive oleh investasi, ekspor, dan impor. Namun faktanya, kata dia, saat ini posisi ekspor dan impor mengalami pertumbuhan negatif akibat masih lemahnya harga komoditas dan permintaan.
“Kondisi kita saat ini di-drive sebagian besar oleh konsumsi rumah tangga, yang salah satu drivenya diberikan oleh pemerintah, ini menandakan konsumsi rumah tangga tumbuh moderat akibat lemahnya aktivitas ekonomi,” ungkap Legislator asal Sukabumi Jawa Barat ini.
Menurutnya, untuk mengukur seberapa jauh angka pertumbuhan ekonomi ini tercapai, pemerintah tak perlu repot-repot.
“Sebetulnya gampang melihat pertumbuhan. Lihat saja dari penyerapan tenaga kerja, dan perkembangan kemiskinan di Indonesia. Karena dari target pembangunan 2016 tentang tingkat pengangguran terbuka sebelumnya 5,2%-5.5% berubah menjadi 5.4%-5.7%, dengan kenaikan tingkat kemiskinan dari 9%-10% menjadi 10.0%-10.6%,” ungkap dia. (ij)