Fenomena cabe-cabean yang akhir-akhir ini marak, sebagai gaya sex bebas anak-anak ABC (SD, SMP dan SMA) perempuan, cukup meresahkan berbagai kalangan. Cabe Cabean yang diindikasikan dengan cewek-cewek yang bergerombol naik motor, bertiga dengan dandanan mengundang "BT" (birahi tinggi), "berbehel", nongkrong di Fly Over dan siap melayani sex bagi cowok pemenang trak trekan motor ini, pada umumnya dari keluarga broken home.
Fenomena "coba-coba sex" disoroti sebagai fenomena yang telah ada sejak tahun delapan puluhan, yang waktu itu disebut "perek', perempuan ekperimen. Jadi itu fenomena yang telah ada cuma berganti nama. Sementara itu, dalam catatan penulis, selain "perek" ditahun 80 an, ada juga "Ciblek" , cilik-cilik betah melek (untuk menggambarkan pergaulan malam) yang muncul di pertengahan 90-an.
Hanya memang, untuk Perek dan Ciblet melibatkan "cewek-cewek" ABG dari tingkatan SMA, sedang pada fenomena "cabe-Cabean" aktivitas sex bebas itu sudah melibatkan anak-anak SMP bahkan SD. Inilah barangkali yang perlu lebih disadari oleh semua pihak.
Maraknya aktivitas sex anak-anak ABG, maka memerlukan pengelolan kelas konsep baru sejak pendidikan SD. Aktivitas sex semakin "mendini' ini terntu saja adalah konsekuensi dari perbaikan gisi yang ada, yang "difasilitasi' oleh berbagai stimulus kepuberan (sexual) dari berbagai sumber. Oleh karenanya adalah wajar, jika dunia Pendidikan juga perlu membaharui konsep-konsep pengelolaan kelas sesuai tuntutan realitas peserta didik yang ada.
Konsep pencegahan "cabe-cabean" dengan konsep "FARE" (Pare), nama sayuran berasa pahit yang dipelesetkan .
"Karena cabe cabean rasanya pedas, maka untuk mencegahnya harus memakan yang rasanya pahit, untuk itu untuk mencegah cabe-cabean kita perlu Fare (Pare). Yaitu, Family, Activities, Religius dan Education." Untuk mencegah anak-anak terjerumus dalam dunia cabe-cabean, maka perlu peran Keluarga, Aktivitas positif, fondasi religius atau agama dan pendidikan (education)"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)